Mungkin Belum Pernah

Suami: Bu, mukanya kusam banget, jerawatan pula. Dirawat dong, Bu. Pakai skincare lah.

Istri: Kalau Ibu pakai skincare dan jadi cantik bagaimana? Nanti banyak yang naksir loh.

Suami: Ah, paling yang naksir Ibu itu belum pernah lihat Ibu ngomel. Coba ngerasain pernah diomelin Ibu, yakin deh balik badan.

Dimsum Gluten Free

Sejak beberapa hari yang lalu, saya kepingin makan dimsum gluten free. Tapi saya malas untuk membuat kulitnya. Iseng-iseng saya menggunakan rice paper sebagai pengganti kulitnya. Eh, ternyata berhasil! Tekstur kulit dimsumnya seperti hakaw.

Membuatnya agak tricky karena rice paper ketika terkena air sangat rentan dan berpotensi sobek. Triknya adalah membuat bulatan kecil-kecil untuk seluruh adonan terlebih dahulu, baru kemudian dibungkus dengan rice paper.

Lupa Memasang Materai

Pagi-pagi sudah heboh karena dokumen Perjanjian yang diterima tidak ada materainya dan sudah ditandatangani. Kebayang dong ya susahnya minta tanda tangan pucuk pimpinan seperti apa.

Muncul pertanyaan, “Ma, kalau dokumen Perjanjian tidak ada materainya, Perjanjiannya sah atau tidak?”

Perjanjian tetap sah walaupun tidak ada materai. Tapi jika dokumen ini akan digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, maka dokumen ini perlu diberi materai.

Bagaimana jika lupa memberi materai?

Tempel materai di area yang kosong pada lembar tanda tangan. Kemudian bawa dokumen ke bagian Customer Service di Kantor Pos untuk Pemateraian Kemudian.

Contoh dokumen yang dilakukan pemeteraian kemudian

Layanan ini diberikan secara gratis. Kita hanya perlu bayar biaya materainya saja jika belum ada.

Coca Cola dan Indomie

Pegawai #1: Selingkuh itu kaya minum coca cola di tengah panasnya Jakarta. Rasanya enak, segar dan menyenangkan. Tapi kalau kebanyakan, lama-lama jadi penyakit.

Pegawai #2: Menurut gue, selingkuh itu kaya makan indomie. Sudah tau ada makanan lain yang lebih enak dan sehat, tapi tetap saja pingin kalau lihat ada yang makan indomie. Rasanya nyandu pula. Biar di kata bawa penyakit dan kenyangnya cuma kamuflase, tetap saja kita suka. Pingin lagi dan lagi. 

Koper Siaga

Apa sih koper siaga? Koper siaga adalah istilah saya dan suami saya untuk barang-barang yang saya dan anak saya butuhkan untuk proses melahirkan dan barang-barang tersebut saya taruh dalam koper ukuran medium. Menyiapkan koper siaga ini memang agak sedikit merepotkan apalagi untuk yang baru pertama kali melahirkan, bahkan muncul kecenderungan untuk menyiapkan barang-barang secara berlebihan karena khawatir dibutuhkan sewaktu-waktu dan malas untuk bolak-balik ke rumah.

Nah, apa saja yang dibutuhkan untuk koper siaga? Secara garis besar, ada tiga hal yang perlu dipersiapkan, administrasi, barang-barang kebutuhan ibu dan ayah, dan barang-barang kebutuhan bayi.

Administrasi

Untuk administrasi, saya menyiapkan map dengan resleting yang berisikan dokumen administrasi untuk keperluan pembuatan Surat Keterangan Lahir dan uang tunai. Loh, kok ada uang tunai? Walau kelihatannya sepele, uang tunai ini memang dibutuhkan sewaktu-waktu ketika transaksi elektronik mengalami kesulitan. Kan ada ATM, gitu aja kok repot? Percaya lah, dalam kondisi panik, mencari ATM itu suatu pekerjaan yang bisa menguras emosi. Beuh, bisa-bisa semua orang disemprot. Mengenai jumlahnya disesuaikan saja dengan kebutuhan. Jangan lupa untuk menyediakan uang dalam pecahan kecil.

Sedangkan untuk dokumen administrasi yang saya siapkan adalah:

  1. Fotokopi KTP suami dan istri
  2. Fotokopi Buku Nikah
  3. Fotokopi Kartu Keluarga

Selain itu, saya juga menyiapkan buku kesehatan yang berisikan catatan selama kehamilan saya serta dokumen untuk mengurus asuransi.

Barang-barang Kebutuhan Ibu dan Ayah

Sering kali, kita melupakan bahwa dalam proses melahirkan tidak hanya ibu yang perlu diperhatikan, ayah pun perlu dipersiapkan kebutuhannya. Jika sudah memiliki anak, maka barang-barang si kakak jangan dilupakan, kecuali jika si kakak tidak ikut menunggu di rumah sakit dan hanya menjenguk selama beberapa jam saja.

  1. Baju daster kancing depan untuk menyusui
  2. Jaket/cardigan
  3. Kerudung langsung (jika ibu berkerudung)
  4. Celana dalam dan bra menyusui
  5. Ikat rambut
  6. Toiletries (sabun, sikat gigi, pasta gigi, sabun cuci muka, handuk)
  7. Make up kit (Bersifat opsional, silahkan sesuaikan dengan kebutuhan Ibu. Ada beberapa ibu yang tidak suka mukanya terlihat pucat sehingga tetap memakai make up sederhana setelah melahirkan)
  8. Kain jarik/batik (Bersifat opsional. Berdasarkan pengalaman saya, setelah melahirkan, saya merasa kedinginan tetapi juga agak kepanasan ketika memakai selimut rumah sakit)
  9. Sandal di rumah sakit.
  10. Laundry bag/kantong plastik.
  11. Maternity pads (pembalut untuk ibu melahirkan)
  12. Apron menyusui
  13. Baju untuk ibu ketika pulang dari rumah sakit
  14. Baju ganti untuk ayah selama 3 hari (asumsi 3 hari jika ibu melahirkan secara caesar)
  15. Baju ganti untuk si kakak selama 3 hari (jika si kakak ikut menjaga dan tidak mau dititipkan)
  16. Mainan untuk si kakak
  17. Kabel listrik tambahan/power extender (Jika power plug in atau colokan listrikan hanya ada satu sedangkan ada beberapa gadget yang harus dicharge)
  18. Alat solat
  19. Tisu kering dan tisu basah
  20. Hand sanitizer
  21. Breast pad
  22. Korset (Bersifat opsional. Kalau saya, langsung menggunakan korset sejak hari pertama melahirkan)

Barang-barang Kebutuhan Bayi

  1. Baju dan aksesoris (topi, kaos kaki) ketika pulang dari rumah sakit.
  2. Baju, popok, dan kain bedong selama di rumah sakit. Sebaiknya tanyakan pada rumah sakit tersebut, apakah menyediakan baju, popok, dan kain bedong karena ada beberapa rumah sakit yang menyediakan sehingga tidak perlu membawa banyak baju, popok, dan kain bedong.
  3. Popok sekali pakai. Tanyakan juga ke rumah sakit, apakah sistem mereka menggunakan popok sekali pakai atau menggunakan popok kain. Jika menggunakan popok sekali pakai, tanyakan mereknya, mungkin berbeda dengan preferensi popok yang kita inginkan.
  4. Toiletries bayi. Sama seperti baju, popok, dan kain bedong, di beberapa rumah sakit toiletries ini sudah disediakan sehingga sebaiknya menanyakan pada rumah sakit tersebut.
  5. Selimut bayi. Biasanya digunakan ketika membawa bayi pulang.

Barang-barang tersebut dipisahkan dan dikelompokan tersendiri agar mudah mencarinya. Misalnya baju bayi untuk pulang dari rumah sakit, saya masukan ke dalam plastik ziplock tersendiri agar saya visa langsung ambil karena berada dalam satu paket.

Koper siaga ini biasanya sudah saya siapkan sejak usia kandungan 7 bulan. Jika saya menggunakan kendaraan pribadi, koper siaga ini saya bawa dan taruh di bagasi. Tetapi jika saya menggunakan kendaraan umum, saya menaruhnya di tempat yang strategis di rumah sehingga siapapun bisa mengirimkan atau membawanya ke rumah sakit.

Dunia Lain

Pegawai #1: Kamu kalau ngomong aing (aku – dalam bahasa sunda kasar) lucu ya

Pegawai #2: Lah apa pula ini

Pegawai #1: Soalnya kamu ga pantas ngomong aing

Pegawai #2: Maneh (kamu) yang ga pantas.

Pegawai #1: Apa yang bikin ga pantas? Terlalu kalem?

Pegawai #2: Maneh (kamu) kaya dari dunia lain. Terlalu cantik, kaya bidadari.