Sampah

Seorang ibu dan anaknya yang berumur empat tahun memasuki angkot dengan napas terengah-engah, sepertinya mereka kelelahan karena berjalan cepat untuk mengejar angkot.

“Aduh, keringetan jagoannya Bunda” kata si ibu sembari mengelap keringat anaknya dengan sebuah saputangan.

“Bunda, aku mau minum”

Si ibu membuka tasnya dengan cepat, mengambil sebuah botol minuman. Si anak minum dengan bersemangat hingga membasahi bagian atas bajunya. Dengan sigap, si ibu mengelap bekas air yang tumpah. Setelah selesai minum, si ibu mengeluarkan sebungkus makanan ringan.

“Diabisin ya, sayang. Jangan dibuang. Nanti sampahnya dikasih ke Bunda ya”

Tidak beberapa lama, makanan si anak telah habis. Si anak membuang sampah plastik pembungkus makanannya melalui jendela angkot.

Si ibu kaget bukan kepalang melihat sampah yang keluar dari jendela angkot “Abang! Ibu sudah bilang, jangan buang sampah sembarangan! Ayo sekarang kita turun! Kamu harus bertanggung jawab atas sampah yang kamu buang sembarangan!”

“Aku ga mau turun, Bunda” si anak merengek “Ga mau turun!”

Si ibu tidak memperdulikan anaknya, ia sibuk mencari uang receh untuk membayar angkot “Bang, kiri, kiri!”

Si anak menangis berharap si ibu mengubah pendiriannya tapi ternyata tidak berhasil. Si Ibu menggendong anaknya yang menangis sambil meronta-ronta. Ia keluar angkot dengan sedikit tergesa-gesa.

Dari jendela bagian belakang, saya dan penumpang angkot yang lain memperhatikan si ibu dan anaknya yang berjalan menuju tempat dimana anaknya membuang sampah. Tindakan si ibu menjadi bahan perbincangan di angkot. Sebagian merasa kagum dengan cara si ibu mendidik anaknya dan sebagian yang lain merasa bahwa tindakan si ibu terlalu kejam untuk anaknya yang masih kecil. Mereka beradu argumen tentang siapa yang paling benar mendidik anak. Saya hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku penumpang angkot yang lain. Lah wong bukan anak mereka, kenapa repot? Toh, orangnya sudah tidak ada 😀

Author: rimarahayu

A circus performer who juggling between motherhood and work. A sanguine - choleric, an affection explorer, an expert dreamer, and a constantly making improvement good friend.

Silakan berkomentar